Jumat, 22 Mei 2015

ILMU PENDIDIKAN LINTAS BIDANG

PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
A.    Pengertian
Coleman berpendapat bahwa anak berbakat adalah mereka yang tingkat intelegensinya jauh diatas rata-rata anggota kelompoknya, yaitu IQ = 120 keatas. Torrance mengemukakan bahwa apabila keberbakatan semata-mata diidentifikasi berdasarkan taraf intelegensi, maka sekitar 70% anak-anak yang tinggi kreativitasnya tidak akan termasuk kedalam kelompok mereka yang disebut anak berbakat. S.C.U. Munandar mengemukakan bahwa anak berbakat itu lebih mengacu kepada anak yang menunjukan kemampuan unjuk kerja yang tinggi di dalam aspek intelektual, kreativitas, seni, kepemimpinan, atau bidang akademik tertentu. Marland mengemukakan bahwa anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan tinggi dalam aspek intelektual umum, bakat akademik khusus, kreativitas atau berfikir produktif, kepemimipinan, dan seni pentas atau seni rupa. Renzulli mengemukakan bahwa ada tiga dimensi yang menandai keberbakatan yaitu : kecerdasan (kemampuan umum yang biasanya diukur dengan tes intelegensi) diatas rata-rata, kreativitas (kemampuan memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah), dan komitmen terhadap tugas, tanggung jawab, semangat, atau motivasi yang tinggi untuk menyelesaikan suatu tugas.
B.     Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Keberbakatan
Keberbakatan anak dalam proses perkembangannya memerlukan sentuhan dari lingkungan berupa perawatan, pengasuhan, dan pendidikan. Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan keberbakatan anak. Melalui lingkungan, anak memperoleh apa yang dibutuhkannya, termasuk peluang-peluang yang mendukung teraktualisasikan potensi yang dimilikinya. Faktor lingkungan itu diantaranya menyangkut aspek nutrisi (gizi) yang dikonsumsi anak dan kenyamanan hidupnya, yang dimulai dari rahim atau kandungan ibu. Aspek lingkungan juga mempengaruhi perkembangan keberbakatan diantaranya aspek yang bersifat fisik dan kondisi lingkungan yang bersifat psikologis.
Conny Semiawan, dkk. mengemukakan bahwa aspek psikologis itu menyangkut keamanan dan kebebasan. Pertama, anak akan merasa aman secara psikologis apabila :
1.      Pendidikan dapat menerimanya sebagaimana adanya, tanpa syarat, dengan segala kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya ia baik dan mampu.
2.      Pendidik mengusahakan suasana dimana anak tidak merasa “dinilai” oleh orang lain.
3.      Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan, dan perilaku anak, dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melihat dari sudut pandang anak.
Kedua, anak akan merasakan kebebasan psikologis, apabila orang tua dan guru memberi kesempatan padanya untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya.
C.    Tujuan Pendidikan Anak Berbakat
Pendidikan anak berbakat bertujuan agar :
1)      Anak menguasai sistem konseptual dalam berbagai mata pelajaran.
2)      Anak mampu mengembangkan keterampilan dan strategi yang memungkinkan mereka menjadi lebih mandiri, kreatif, dan memenuhi kebutuhannya sendiri.
3)      Anak harus mengembangkan suatu kesenangan dan gairah belajar yang akan membawa mereka kepada kerja keras.
Menurut Depdiknas tujuan pendidikan bagi anak berbakat adalah sebagai berikut :
1)      Tujuan Umum
a)      Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektifnya.
b)      Memenuhi hak asasi peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri.
c)      Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik.
d)     Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik.
e)      Menimbang peran peserta didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran.
f)       Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan.
2)      Tujuan Khusus
a)      Memberikan penghargaan untuk dapat menyelesaikan program pendidikan secara cepat sesuai dengan potensinya.
b)      Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran peserta didik.
c)      Mencegah rasa bosan terhadap iklim yang jelas kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal.
d)     Memacu siswa untuk meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosionalnya secara seimbang.

D.    Model Pendidikan Anak Berbakat
Pendidikan bagi anak berbakat dapat dilaksanakan dengan berbagai model, yaitu :
1.      Model akselerasi atau percepatan
Model akselerasi dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk, yaitu : memasuki Sekolah Dasar pada usia dini, loncat sekolah, pelayanan individual, dan mengikuti proses pembelajaran di kelas yang lebih tinggi. Melalui model ini, para siswa memiliki peluang untuk dapat menyelesaikan pendidikannya dalam waktu lebih singkat.
2.      Model pengayaan
Untuk melayani para siswa yang memiliki kemampuan unggul, dapat dilakukan program pengayaan, yaitu memberikan tugas-tugas tambahan yang relevan dengan bidang studi yang diterimanya. Tugas-tugas tambahan itu, seperti membaca buku-buku yang isinya relevan dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari, dan mengerjakan soal-soal tambahan. Model pengayaan ini dapat memenuhi harapan atau kebutuhan siswa dalam mengembangkan kemampuan intelektualnya, dengan tidak memisahkan mereka dari teman-teman sekelasnya.
3.      Model pengelompokan berdasarkan kemampuan
Melalui model ini, para siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan. Para siswa yang diidentifikasi berbakat dari semua tingkatan kelas yang sama di satu sekolah dikelompokan dalam satu kelas. Kelompok tersebut terdiri atas lima atau delapan siswa. Jika lebih dari delapan anak, sebaiknya mereka dikelompokkan menjadi dua kelompok. Setiap kelompok siswa dibimbing oleh seorang guru yang memiliki kemampuan atau keterampilan khusus untuk mengajar atau membimbing para siswa yang berkemampuan luar biasa. Pada umumnya, satu kelompok siswa berbakat ini belajar bersama-sama dengan siswa-siswa lain yang beragam kemampuannya, tetapi dalam bidang keluarbiasaannya, mereka belajar secara terpisah.

E.     Problema Anak Berbakat
Terkait dengan masalah anak berbakat, Ohio’s State Board of Education telah melakukan penelitian, yang hasilnya menunjukkan bahwa :
1)      Banyak anak berbakat mengalami “drop out” dari sekolah, karena tidak memperoleh layanan akademik atau pembelajaran yang dibutuhkan.
2)      Anak berbakat yang tidak mendapatkan tantangan, atau stimulasi yang dapat mengembangkan potensinya, cenderung kurang siap menerima tantangan, tugas-tugas di sekolah yang lebih tinggi.
3)      85% anak berbakat mengalami “underachiever”, karena mereka tidak memperoleh layanan pendidikan yang diharapkan.
4)      Mereka sering mengalami rasa bosan, kurang bersemangat, frustasi, rasa marah, dan merasa kurang berharga.



PENDIDIKAN WANITA
A.    Definisi
Pendidikan wanita merupakan suatu keharusan dan kebutuhan demi keberhasilan pembangunan secara menyeluruh. Wanita sebagai tiang negara memerlukan pendidikan yang memadai agar dapat berkiprah dalam masyarakat, dapat melaksanakan tugasnya dalam mengelola keluarga dan rumah tangganya, dapat mengenal kemampuan dirinya, memahami permasalahan yang dihadapi dan dapat mencari solusi pemecahannya.
B.     Hubungan antara Tingkat Pendidikan yang Dicapai dengan Peran Wanita
Dengan meningkatnya pendidikan wanita akan memfasilitasinya untuk menyesuaikan diri kepada pola keluarga yang berubah. Secara khusus dapat dikatakan bahwa perubahan tingkat pendidikan akan :
1)      Memperkuat keterlibatan wanita dalam pengambilan keputusan keluarga, memampukan mereka dalam berpartisipasi lebih luas dalam berbagai tipe keputusan.
2)      Memberikan pilihan yang lebih luas kepada wanita baik didalam memilih pasangan maupun didalam menentukan langkah dan waktu pernikahannya.
3)      Memungkinkan wanita untuk memadukan peran mereka dalam perkawinan sebagai istri dan ibu dan perannya diluar keluarganya.
Pertama-tama yang perlu diperhatikan ialah bahwa perolehan pendidikan akan berpengaruh terhadap perubahan-perubahan sikap dan persepsi individu dan kerangka normatif dimana dia berada. Dengan meningkatnya tingkat pendidikan akan memperluas perspektif wanita dalam kehidupan dan perannya serta memampukan mereka untuk mempertanyakan kebiasaan tradisional. Pendidikan akan dapat pula merangsang rasa percaya diri wanita dan penguasaan terhadap lingkungannya serta akan membuatnya tidak pasif lagi dalam menentukan pasangan hidupnya atau dalam menentukan aspek-aspek lain dalam kehidupan dimasa datang. Makin tinggi status pendidikan seseorang dapat menyebabkan ketenangan dari batasan-batasan tradisional terhadap peran dan kegiatan wanita.
Seorang wanita itu makin tinggi pendidikannya, makin tinggi status sosialnya, mempunyai hubungan sosial yang baik, makin tinggi prestise pekerjaannya, akan makin luas/tinggi kesempatannya untuk mendapat penghargaan dalam diskusi dan kegiatan keluarga. Teori ini kadang-kadang menimbulkan keraguan: apakah yang menentukan besarnya keterlibatan wanita dalam pengambilan keputusan, itu pembagian yang sama antara suami dan istri atau kemampuan istri untuk mengendalikan karena memiliki keunggulan?

C.    Kurikulum Pendidikan Wanita
Pendidikan yang dilakukan orang tua didasarkan atas pengalaman dan pengetahuan mereka dengan mengarah pada tujuan yang jelas tetapi tidak tertulis. Hampir setiap orang tua mempunyai unwritten curriculum yang menjadi acuan dalam mendidik anaknya. Orang tua yang taat beribadah dan sungguh-sungguh menjalankan agamanya akan berusaha agar anaknya menjadi orang yang sholeh. Dari pada itu anak dibimbingnya untuk menjadi orang yang berilmu. Anak yang sudah menjadi orang yang sholeh dan berilmu, diharapkan pula untuk menjadi manusia yang berguna untuk agama, bangsa, dan negaranya. Anak itu harus sehat. Orang tua dituntut untuk memperhatikan lingkungan yang sehat dan makanan yang bergizi, sehingga akan tercapailah sosok manusia sholeh, berilmu dan sehat. Kurikulum suatu keluarga dapat berbeda dengan kurikulum keluarga lainnya, sesuai dengan latar belakang, pengetahuan dan pengalaman suami dan istri keluarga itu. Seorang siswa berbeda pula dari siswa lainnya.
Langkah-langkah yang dikemukakan ditujukan untuk merancang pendidikan wanita, sebagai berikut :
1)      Mengadakan diagnosa kebutuhan siswa/wanita
Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang bertalian dengan perbedaan bakat, minat dan kemampuan wanita. Hal ini sangat erat hubungannya dengan penyelesaian tugas-tugas akademik dan tugas-tugas lain yang merupakan dukungan terhadap proses pembelajaran. Terdapat beberapa teknik diagnostik yang potensial untuk menghimpun data tentang siswa. Informasi yang telah diperoleh harus diorganisir secara sistematis agar memudahkan penggunaannya dalam merancang kegiatan instruksional.
2)      Memilih dan menentukan isi pembelajaran
Cakupan isi pembelajaran yang akan disampaikan bagi wanita cukup luas. Karena itu isi yang akan disampaikan hendaknya dengan cermat disesuaikan dengan kebutuhan sasaran. Dengan mengacu kepada program utama nasional maka materi pendidikan wanita dapat membahas pokok-pokok bahasan sebagai berikut :
a)      Pendidikan
b)      Kesehatan
c)      Pangan dan gizi
d)     Perumahan dan pemukiman
e)      Lingkungan hidup
f)       Ekonomi
g)      Hukum
h)      Keluarga berencana
i)        Pengembangan sumber daya manusia
j)        Masalah sosial
3)      Menentukan metode pembelajaran
Untuk menyampaikan materi yang telah ditentukan dan agar materi itu dapat diterima dan dipahami serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan setiap materi. Adapun metodenya adalah sebagai berikut :
a)      Ceramah
b)      Tanya jawab
c)      Diskusi
d)     Kerja kelompok
e)      Pemberian tugas
f)       Demonstrasi
g)      Eksperimen
h)      Simulasi
i)        Inkuiri
j)        Pembelajaran terpadu
Metode pembelajaran itu bisa digunakan secara tunggal, bisa pula digunakan dengan menggabungkan dua atau tiga metode dalam satu kali tatap muka, bergantung pada materi yang akan disampaikan.
4)      Merumuskan unit-unit dan merencanakan pembelajaran
Materi yang sudah dirancang pada langkah kedua dapat dijabarkan dalam unit-unit untuk dilaksanakan dalam suatu periode pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran dan waktu yang tersedia serta tujuan yang akan dicapai.
5)      Memotivasi siswa dan mengimplikasikan program
Untuk keberhasilan proses pembelajaran guru memotivasi siswa untuk membangkitkan minat siswa terhadap pembelajaran untuk dapat memahai materi, dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam aktivitas guru mengambil keputusan yang sangat penting yaitu menetapkan kesinambungan antara satu bagian dengan bagian lainnya dalam keseluruhan proses pembelajaran.
6)      Melakukan pengukuran dan evaluasi prestasi siswa serta keseluruhan program
Belajar dilakukan bertahap dan diharapkan pada akhir program siswa memahami materi yang disampaikan. Dengan melakukan pengukuran dan evaluasi, dapat diketahui tingkat kompetensi yang telah dimiliki siswa.


PENDIDIKAN UMUM
A.    Pengertian Pendidikan Umum
Beberapa pengertian tentang Pendidikan Umum:
1.      Pendidikan yang berkenaan dengan perkembangan keseluruhan kepribadian seseorang dalam kaitannya dengan masyarakat dan lingkungan hidupnya.
2.      Program pendidikan yang membina dan mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa dan mahasiswa.
3.      Program pendidikan bagi semua orang dan menitikberatkan kepada internalisasi nilai pada diri seseorang agar memiliki rasa tanggung jawab terdahap diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan warga dunia agar senantiasa berpikir kritis; konstruktif; ilmiah; menghormati gagasan orang lain; emosi stabil , dengan dilandasi prinsip-prinsip etika dan moral. (Sudirman) 
4.      Dalam SK Mendiknas No.008-E/U/1975 disebutkan bahwa Pendidikan Umum ialah pendidikan yang bersifat umum, yang wajib diikuti oleh semua siswa dan mencakup program Pendidikan Moral Pancasila yang berfungsi bagi pembinaan warga negara yang baik.
Dari beberapa pengertian tentang pendidikan umum di atas, ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan Umum merupakan program pendidikan yang mengembangkan keseluruhan kepribadian siswa dan mahasiswa agar setiap dalam berpikir ilmiah dan mengelola emosi dilandasi etika dan moral yang berfungsi membina siswa dan mahasiswa menjadi warga Negara yang baik. 
B.     Latar Belakang Pendidikan Umum
Pendidikan umum muncul sebagai reaksi terhadap kecenderungan masyarakat modern yang mendewakan produk teknologi dan cenderung mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan sebagai akibat dari produk sistem pendidikan modern yang sekular, yaitu pendidikan yang mementingkan pengembangan spesialisasi, sementara pengembangan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal nyaris terabaikan. Laporan lima puluh tahunan dari Nation Society for the study of education tahun 1958, program studi general education di Amerika, dilatarbelakangi oleh empat hal, yaitu :
1.      Sebagai reaksi masyarakat terhadap spesialisasi keilmuan yang berlebihan, dimana para spesialis telah mendewakan hasil-hasil temuannya yang menakjubkan, sementara mereka lupa pada nilai-nilai esensial kemanusiaannya.
2.      Sebagai reaksi terhadap kepincangan penguasaan minat-minat khusus dengan perolehan peradaban yang lebih luas.
3.      Sebagai reaksi terhadap pengkotak-kotakan kurikulum dan pecahnya pengalaman belajar siswa.
4.      Sebagai reaksi terhadap formalism dalam pendidikan liberal
Abad 20 di Amerika dan Eropa, hasil analisis mereka menyimpulkan bahwa sistem pendidikan modern telah menghasilkan para saintis dan teknokrat yang handal tapi tidak melahirkan para lulusan yang memiliki integritas kepribadian yang matang.

C.    Tujuan Pendidikan Umum
Arah atau tujuan program Pendidikan Umum ialah menyiapkan latarbelakang akademik atau prior-knowledge yang kaya mengenai kegiatan-kegiatan manusia dan mengenai pengetahuan secara terorganisir. Untuk itu, sejumlah lembaga pendidikan guru diarahkan kepada materi pelajaran yang terpadu, baik materi pelajaran yang ada di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial; Ilmu Pengetahuan Alam; Ilmu Fisika; Sastra; Humaniora – maupun materi pelajaran yang ada di Fakultas Pendidikan itu sendiri. Prinsip dasar program Pendidikan Umum ialah diarahkan kepada penguasaan pengetahuan dan keahlian, meningkatkan rasa tanggung jawab sosial, mengetahui beberapa wilayah pengetahuan lain, adanya relasi antara satu wilayah pengetahuan dengan pengetahuan lainnya, dan yang penting ialah kualitas pemahaman seseorang terhadap suatu wilayah pengetahuan atau adanya suatu keterpaduan makna atau meaningful unity dalam struktur kurikulum. Menurut Philip H. Phenix dalam bukunya yang berjudul Realms of Meaning, ruang lingkup pendidikan umum hendaknya mencakup enam bidang makna, yaitu:
1.      Makna Symbolycs, yaitu kemampuan berbahasa dan berhitung.
2.      Makna Empirics, yaitu kemampuan untuk memaknai benda-benda.
3.      Makna Esthetics, yaitu kemampuan memaknai keindahan seni dan fenomena alam.
4.      Makna Ethics, yaitu kemampuan memaknai baik dan buruk.
5.      Makna synoetics, yaitu kemampuan berpikir logis dan rasional sehingga dapat memaknai benar dan salah.
6.      Makna Synoptic, yaitu kemampuan untuk beragama atau berfilsafat.
Paul Dressel dan Margareth F.Lorimer dalam Chester W. Harris (Encyclopedia for Educational Research) menyatakan bahwa program pendidikan umum terdiri dari :
1.      Communication: terdiri atas bahasa; menulis, membaca, bercakap-cakap dan mendengar. 
2.      Social science: terdiri atas; sosiologi, ilmu politik, ekonomi,antrapologi, geografi , dan sejarah.
3.      Science and Mathematics: terdiri atas; fisika, biologi, kimia dan matematika.
4.      Humanities terdiri atas; sejarah, filsafat, agama, musik, melukis, tarian, arsitektur.
5.      Personal adjustment: terdiri atas; sosiologi, phisiologi, psikologi dan filsafat.
Dengan demikian, ruang lingkup Konsep Pendidikan Umum ialah mencerminkan tujuan pendidikan itu sendiri yang dijadikan landasan filosofis. 

D.    Konsep Pendidikan Umum di Indonesia
Konsep pendidikan umum di Indonesia berangkat dari UU no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Berdasarkan dari tujuan pendidikan nasional, kurikulum pendidikan nasional Indonesia selalu memuat nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan secara terintegrasi. Untuk ditingkat perguruan tinggi di sebut mata kuliah dasar umum (MKDU) yaitu sekelompok mata kuliah yang memberikan landasan dalam pengembangan dunia spesialisnya masing-masing. MKDU dirubah menjadi MPK dan MBB. Kedua kelompok bidang studi ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran mahasiswa perguruan tinggi Indonesia dalam pencapaian tujuan utama pendidikan nasional, yaitu membentuk kepribadian utuh melalui proses pembelajaran secara terintegrasi dengan menggunakan pendekatan multi atau interdisipliner.



PENDIDIKAN KESEHATAN
A.    Pengertian Pendidikan Kesehatan
Menurut Budioro, pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani kesenjangan antara informasi dan tingkah laku kesehatan. Pendidikan kesehatan memotivasi seseorang untuk menerima informasi kesehatan dan berbuat sesuai dengan informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tahu dan lebih sehat.
Sedangkan menurut Purwanto pendidikan kesehatan merupakan proses belajar, dalam hal ini berarti terjadi proses perkembangan atau perubahan kearah yang lebih tahu dan lebih baik pada diri individu. Pada kelompok dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi sendiri masalah-masalah kesehatan menjadi mampu.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan untuk mencapai kesehatan secara optimal.
B.     Tujuan Pendidikan Kesehatan
Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo, tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Secara umum tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut antara lain, menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat, mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.
Sedangkan menurut Machfoed, pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan, yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui proses pendidikan kesehatan. Pada hakikatnya dapat berupa emosi, pengetahuan, pikiran keinginan, tindakan nyata dari individu, kelompok dan masyarakat. Pendidikan kesehatan merupakan aspek penting dalam meningkatkan pengetahuan keluarga tentang garam beryodium dengan melakukan pendidikan kesehatan berarti petugas kesehatan membantu keluarga dalam mengkonsumsi garam yang beryodium untuk meningkatkan derajat kesehatan.
C.    Proses Pendidikan Kesehatan
Dalam proses pendidikan kesehatan terdapat tiga persoalan pokok yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output). Masukan (input) dalam pendidikan kesehatan menyangkut sasaran belajar yaitu individu, kelompok, dan masyarakat dengan berbagai latar belakangnya. Proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan dan perilaku pada diri subjek belajar. Dalam proses pendidikan kesehatan terjadi timbal balik berbagai faktor antara lain adalah pengajar, teknik belajar, dan materi atau bahan pelajaran. Sedangkan keluaran merupakan kemampuan sebagai hasil perubahan yaitu perilaku sehat dari sasaran didik melalui pendidikan kesehatan.
D.    Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo, metode pembelajaran dalam pendidikan kesehatan dipilih berdasarkan tujuan pendidikan kesehatan, kemampuan perawat sebagai tenaga pengajar, kemampuan individu, kelompok, masyarakat, besarnya kelompok, waktu pelaksanaan pendidikan kesehatan, dan ketersediaan fasilitas pendukung. Metode pendidikan kesehatan dapat bersifat pendidikan individual, pendidikan kelompok, dan pendidikan massa. Metode yang sering digunakan dalam pendidikan kesehatan yaitu bimbingan atau penyuluhan, wawancara, ceramah, seminar, simposium, diskusi kelompok,curah gagas, forum panel, demonstrasi, simulasi, dan permainan peran.
E.     Sasaran Pendidikan Kesehatan
Sasaran pendidikan kesehatan adalah masyarakat atau individu baik yang sehat maupun sakit. Sasaran pendidikan kesehatan tergantung pada tingkat dan tujuan penyuluhan yang diberikan. Lingkungan pendidikan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai lembaga dan organisasi masyarakat.
F.     Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku
Menurut WHO, sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo, bahwa pemberian pendidikan kesehatan adalah suatu upaya untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat mengetahui atau menyadari bagaimana memelihara kesehatan mereka. Lebih dari itu pendidikan pada akhirnya bukan hanya meningkatkan pengetahuan pada masyarakat, namun yang lebih penting adalah mencapai perilaku kesehatan. Berarti tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar masyarakat dapat mempraktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat dapat berperilaku hidup sehat.
Menurut Sudibyo Supardi, bahwa penyuluhan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang dibandingkan dengan yang tidak diberi penyuluhan. Pendidikan kesehatan dan peningkatan pengetahuan dapat meningkatkan perilaku kesehatan. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan oleh Winarsih Nur Ambarwati dan Retno Sintowati, menunjukkan bahwa pengetahuan dan perilaku ibu-ibu meningkat setelah diberikan pendidikan kesehatan.



PENDIDIKAN SEKS
A.    Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan seks bagi remaja adalah membimbing dan mengasuh remaja agar memahami akan arti ,fungsi ,dan dan tujuan seks sehingga ia dapat menyalurkan secara baik ,benar dan sah . Seks tidak hanya terbatas dalam arti hubungan seksual dengan lawan jenis (heterosexual). Pada pendidikan seks ada yang disebut : sex intruction yaitu dijelaskan tentang repoduksi , proses berkembangbiakan melalui hubungan kelamin. education in sexuality  mencangkupi etika , moral ekonomi , pengetahuan agar remaja memahami dirinya sendiri sebagai individual seksual.
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Karakter seksual masing-masing jenis kelamin memiliki spesifikasi yang berbeda.
Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :
1)    Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.
2)    Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.
3)    Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.

B.     Tujuan Pendidikan Seks
Tujuan utama pendidikan seks adalah melahirkan individual-individual yang dapat di sesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya dan bertanggungjawab kepada dirinya sendiri serta orang lain .Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral.
Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga. Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya.
Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja.


C.    Hal Penting dalam Menyampaikan Pendidikan Seksual
Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan:
1.      Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
2.      Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
3.      Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
4.      Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
5.      Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.



Tugas : Pembelajaran PKn di SD

Dosen : Dirgantara Wicaksono, M.Pd