Jumat, 22 Mei 2015

ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN



BAB I
PERKEMBANGAN MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT)
A.   Definisi Perkembangan
Perkembangan adalah pertumbuhan, penyesuaian, dan perubahan yang teratur dan berlangsung lama sepanjang perjalanan hidup.
B.   Teori-Teori Perkembangan
1.    Teori Awal : Preformasionisme
Teori ini menyatakan bahwa anak ibarat kertas kosong, sehingga apapun pikirannya yang muncul hampir sepenuhnya muncul dari pembelajaran dan pengalaman yang mereka peroleh.
2.    Teori Pendewasaan atau Kematangan
Teori ini menyatakan bahwa ada dua faktor yang dapat mempengaruhi anak yaitu faktor lingkungan dan faktor dari dalam diri.
3.    Teori Etologis

4.    Teori Organismik dan Komparatif
Teori ini mengaplikasikan bahwa pendidikan bagi perkembangan anak seharusnya tidak membatasi diri pada kepandaian anak saja, namun juga melihat anak secara organismik sebagai pribadi yang aktif, berindera, ekspresif, dan penuh emosi.
5.    Teori Perkembangan Kognitif
Teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif melalui tindakan yang termotivasi sendirinya terhadap lingkungan.
6.    Teori Tahap Perkembangan Moral
Teori ini menyatakan bahwa ada enam tahapan perkembangan moral pada manusia. Enam tahapan tersebut dibagi kedalam tiga tingkatan, yaitu : tingkat pertama moralitas prakonvensional (tahap 1 kepatuhan dan orientasi hukuman, tahap 2 individualisme dan pertukaran), tingkat kedua moralitas konvensional (tahap 3 hubungan-hubungan antar pribadi yang baik, tahap 4 memelihara tatanan sosial), tingkat ketiga moralitas pasca-konvensional (tahap 5 kontrak sosial dan hak-hak individual, tahap 6 prinsip-prinsip universal).
7.    Teori Psikoanalitik
Teori ini menyatakan bahwa perubahan psikologis diatur oleh kekuatan-kekuatan batin dan kekuatan-kekuatan sosial.
8.    Teori Delapan Tahap Kehidupan Manusia
Teori ini mengungkapkan tentang perkembangan sosio emosional manusia, namun pada dasarnya tetap memenuhi kriteria yang sama yaitu : melukiskan perilaku secara kualitatif berbeda, mengacu kepada persoalan umum, berlangsung dalam urutan yang tidak berubah, dan secara kultural bersifat universal.

BAB II
KERAGAMAN INDIVIDU
A.   Perbedaan Individu
Perbedaan individual seorang anak akan terjadi pada setiap aspek perkembangan anak. Aspek perkembangan tersebut di antaranya aspek perkembangan fisik, intelektual, moral, maupun aspek kemampuan.
B.   Labeling
Cara untuk pendeskripsian seseorang melalui kemampuan atau keterbatasanyang khas.
C.   Hakekat Perbedaan Individu
1.    Perbedaan Intelegensi (kecerdasan)
Intelegensi adalah kemampuan mendapatkan dan menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.
2.    Perbedaan Gaya Pembelajar
Gaya pembelajar adalah cara khas seseorang dalam melakukan proses belajar.
3.    Perbedaan Kepribadian dan Temperamen
Kepribadian adalah pemikiran, emosi, dan perilaku tersendiri yang menggambarkan cara individu beradaptasi dengan dunia. Sedangkan, temperamen adalah gaya perlakuan dan cara khas seseorang dalam memberikan respon.
D.   Dampak Perbedaan Terhadap Pembelajaran
1.    Dampak perbedaan budaya
2.    Dampak perbedaan status sosio-ekonomi
3.    Dampak perbedaan suku dan ras
4.    Dampak perbedaan jender
5.    Dampak perbedaan bahasa dan program dwibahasa
6.    Dampak perbedaan lingkungan keluarga
E.   Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang meliputi seluruh kebijakan dan praktek untuk meningkatkan hasil pendidikan bukan hanya dari siswa berlatarbelakang etnis, kelas sosial, dan agama yang berbeda, melainkan juga bagi siswa dari jender yang berbeda.
F.    Menghadapi Perbedaan Individu di dalam Kelas

BAB III
INTELEGENSI DAN MULTIPLE INTELEGENSI
A.   Intelegensi
Intelegensi adalah suatu keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar  dari pengalaman hidup sehari-hari.
Menurut Piaget, perkembangan intelegensi ada 4 tahap, yaitu : tahap sensorik-motorik, tahap berpikir praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap berpikir operasional formal.
B.   Teori-Teori Intelegensi
1.    Teori Faktor
Teori ini mendeskripsikan struktur intelegensi terdiri dari dua faktor utama, yaitu faktor general dan faktor specific.
2.    Teori Struktur Intelegensi
Teori ini menyatakan bahwa struktur kemampuan intelegensi terdiri atas 150 kemampuan dan memiliki 3 parameter, yaitu operasi, produk, dan konten.
3.    Teori Multiple Intelegensi
Teori ini menyatakan bahwa, intelegensi manusia memiliki tujuh dimensi yang semiotonom yaitu linguistic, music, matematik logis, visual special, kinestetik, sosial interpersonal, dan intrapersonal.
4.    Teori Uni Faktor
Menurut teori ini, intelegensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum.
5.    Teori Multifaktor
Menurut teori ini, intelegensi adalah jumlah koneksi actual dan potensial di dalam sistem saraf.
6.    Teori Primary Mental Ability
Teori ini membagi intelegensi menjadi 6 kemampuan primer, dan masing-masing dari kemampuan primer tersebut adalah independen serta menjadi fungsi pikiran yang berbeda atau berdiri sendiri-sendiri.
7.    Teori Sampling
Menurut teori ini, intelegensi merupakan berbagai kemampuan sampel.
8.    Entity Theory
Menurut teori ini, intelegensi adalah kesatuan yang tetap dan tidak berubah-ubah.
9.    Incremental Theory
Menurut teori ini, seseorang dapat meningkatkan intelegensinya melalui belajar.
C.   Faktor-Faktor Mempengaruhi Intelegensi
Adapun dfaktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain, yaitu :
1.    Faktor pembawaan
2.    Faktor minat dan pembawaan yang khas
3.    Faktor kematangan faktor kebebasan
D.   Alat Ukur Kecerdasan
1.    Tes Intelegensi Individual
a.    Tes Stanford-Binet
b.    Tes Skala Wechsler
2.    Tes Intelegensi Kelompok
Tes intelegensi kelompok mencakup : Tes Intelegensi Lorge-Thorndike, Tes Intelegensi Kuhlmann-Anderson, dan Tes Otis-Lennon School Mental Abilities.
E.   Multiple Intelegensi
Multiple intelegensi adalah sebuah penilaian yang melihat secara deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu.
Gardner membagi kecerdasan ke dalam 8 keceedasan, yaitu : Kecerdasan Linguistik, Kecerdasan Logika-Matematika, Kecerdasan Fisik, Kecerdasan Visual-Spasial, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Musical, dan Kecerdasan Naturalis.

BAB IV
SISWA DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS
A.   Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan atau kebutuhan dan potensinya secara maksimal. Anak berkebutuhan khusus memerlukan penanganan dari tenaga profesional.
B.   Kategori Ketidakmampuan Anak
Yang dikategorikan anak berketidakmampuan, diantaranya : Tunanetra, Tunarungu, Tunawicara, Tunagrahita, Tunadaksa, Tunalaras, Tunaganda, Kesulitan Belajar, Autisme, Gangguan Pemusatan Perhatian-Hiperaktivitas, dan Anak Berbakat.
C.   Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, yaitu : menggunakan alfabet timbul (huruf brayle), membaca bibir, penggunaan bahasa isyarat, dan lain-lain. Tetapi sekolah bagi anak berkebutuhan khusus biayanya mahal. Jadi bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu, memilih membiarkan anaknya dalam lingkungan keluarga yang rata-rata kurang memahami pula terhadap perkembangan anak.
D.   Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi adalah penggabungan pendidikan regular dan pendidikan khusus ke dalam satu sistem persekolahan yang dipersatukan untuk mempertemukan perbedaan kebutuhan semua siswa. Pendidikan inklusi memiliki 4 landasan kekuatan, yaitu : Landasan Yuridis Internasional, Landasan Pedagogis, Landasan Empiris, dan Landasan Spiritual.
Sementara strategi pembelajaran yang baik digunakan untuk semua anak adalah strategi pembelajaran berdasarkan pada keberagaman kemampuan belajar mereka yang berbeda-beda. 5 aspek penting yang harus diperhatikan dalam pendidikan inklusi adalah :
1.  Guru perlu mengetahui bagaimana cara mengajar anak dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.
2.  Semua anak memiliki hak untuk belajar, tanpa memandang perbedaan fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa atau kondisi lainnya.
3.  Guru menghargai semua anak.
4.  Dalam lingkungan pembelajaran yang inklusi, setiap orang berbagi visi yang sama tentang bagaimana anak harus belajar, bekerja, dan bermain bersama.
5.  Lingkungan pembelajaran inklusi mengajarkan kecakapan hidup dan gaya hidup sehat.
Adapun manfaat pembelajaran yang inklusi, yaitu :
1.    Siswa dapat menerima perbedaan dan beradaptasi terhadap perbedaan.
2.    Guru memiliki keterbukaan terhadap masukan dari orangtua dan anak untuk memperoleh hasil yang positif.
3.    Orangtua dapat mengetahui bagaimana cara membimbing anaknya di rumah degan menerapkan cara yang digunakan guru di sekolah.
4.    Masyarakat lebih merasa bangga ketika lebih banyak anak bersekolah dan mengikuti pembelajaran.

BAB V
TEORI BELAJAR BEHAVIORISME
A.   Sejarah Perkembangan Psikologi Behaviorisme
Psikologi behaviorisme dikembangkan J.B. Watson dengan makalahnya berjudul “Psychology as Behaviorist View it” dipublikasikan tahun 1913. Pada tahun 1930 behaviorisme berkembang sangat dominan di Amerika Serikat dan Watson berhasil mengawali perubahan perkembangan psikologi pada abad 20. Landasan pemikiran behaviorisme adalah pemikiran filsuf Inggris serta John Locke tentang kepasifan mental yang bermakna bahwa isi pikiran bergantung pada lingkungan. Landasan pemikiran behaviorisme diilhami pula dari pemikiran dan penelitian Ivan Petrovich Pavlov pada tahun 1849-1936. Hasil penelitian Pavlov terhadap anjing, dikembangkan oleh Watson, sehingga menjadi aliran psikologi behaviorisme.
B.   Belajar Menurut Tokoh Behaviorisme
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang menekankan pada tingkah laku dan perilaku manusia sebagai makhluk reaktif yang memberikan respon terhadap lingkungan sekitar. Belajar merupakan perubahan dalam diri seseorang disebabkan oleh pengalaman.
C.   Tokoh-Tokoh Behaviorisme
1.    Thorndike (Kaidah Efek)
Belajar adalah hubungan yang aktif antara stimulus dan respon. Hubungan antara stimulus dan respon akan erat jika diadakan latihan berkali-kali, maka hubungan antara stimulus dan respon akan terbentuk dengan sendirinya.
2.    Watson (Conditioning)
Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang observable. Individu dapat dikendalikan melalui penggantian stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diberikan.
3.    Clark Hull
Belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Stimulus dikaitkan dengan kebutuhan dan pemuasan kebutuhan biologis walaupun respon yang muncul berwujud macam-macam.
4.    Skinner (Operant Conditioning)
Belajar adalah tingkah laku yang bukan sekedar respon terhadap stimulus tetapi merupakan suatu tindakan yang dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya.
5.    Ivan Pavlov (Conditioning)
Belajar adalah pengkondisian klasik antara stimulus dan respon. Rangsangan yang di kondisikan tanpa perlu latihan atau pengalaman.
6.    E.R Guthrie (Law of Association)
Belajar adalah interaksi antara stimulus dan respon. Dalam belajar diperlukan reward dan hukuman.
D.   Struktur Manusia Menurut Teori Belajar Behaviorisme
Manusia terdiri dari struktur eksternal dan struktur internal. Struktur eksternal terdiri dari panca indera atau hal-hal yang dapat dilihat oleh mata, sedangkan struktur internal terdiri dari ruh, kalbu, akal, dan nafsu.
E.   Implikasi Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran
Berdasarkan pada teori belajar behaviorisme dan empirisme maka implikasi proses pembelajaran yakni hanya dikuasai oleh guru, sedangkan siswa hanya sebagai obyek pembelajaran dan meredam potensi kecerdasan alami siswa yang telah dibawa sejak dialam ruh, rahim, dan dunia.
F.    Aplikasi Teori Behaviorisme Terhadap Proses Pembelajaran
Dalam menerapkan teori behaviorisme pada proses pembelajaran ada 10 langkah, yaitu :
1.    Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
2.    Melakukan analisis pembelajaran.
3.    Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal pembelajar.
4.    Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar.
5.    Mengembangkan  bahan ajar.
6.    Mengembangan strategi pembelajaran.
7.    Mengobservasi stimulus yang akan diberikan.
8.    Mengamati dan menganalisa respon pembelajar.
9.    Memberikan penguatan baik positif maupun negatif.
10. Merevisi kegiatan pembelajaran.

Tugas : Pembelajaran PKn di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono, M.Pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar