BAB
I
PERKEMBANGAN
MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT)
A. Definisi
Perkembangan
Perkembangan adalah pertumbuhan, penyesuaian, dan
perubahan yang teratur dan berlangsung lama sepanjang perjalanan hidup.
B. Teori-Teori
Perkembangan
1. Teori
Awal : Preformasionisme
Teori ini menyatakan bahwa
anak ibarat kertas kosong, sehingga apapun pikirannya yang muncul hampir
sepenuhnya muncul dari pembelajaran dan pengalaman yang mereka peroleh.
2. Teori
Pendewasaan atau Kematangan
Teori ini menyatakan bahwa
ada dua faktor yang dapat mempengaruhi anak yaitu faktor lingkungan dan faktor
dari dalam diri.
3. Teori
Etologis
4. Teori
Organismik dan Komparatif
Teori ini mengaplikasikan
bahwa pendidikan bagi perkembangan anak seharusnya tidak membatasi diri pada
kepandaian anak saja, namun juga melihat anak secara organismik sebagai pribadi
yang aktif, berindera, ekspresif, dan penuh emosi.
5. Teori
Perkembangan Kognitif
Teori ini berpendapat bahwa
kita membangun kemampuan kognitif melalui tindakan yang termotivasi sendirinya
terhadap lingkungan.
6. Teori
Tahap Perkembangan Moral
Teori ini menyatakan bahwa
ada enam tahapan perkembangan moral pada manusia. Enam tahapan tersebut dibagi
kedalam tiga tingkatan, yaitu : tingkat pertama moralitas prakonvensional (tahap
1 kepatuhan dan orientasi hukuman, tahap 2 individualisme dan pertukaran), tingkat
kedua moralitas konvensional (tahap 3 hubungan-hubungan antar pribadi yang
baik, tahap 4 memelihara tatanan sosial), tingkat ketiga moralitas
pasca-konvensional (tahap 5 kontrak sosial dan hak-hak individual, tahap 6
prinsip-prinsip universal).
7. Teori
Psikoanalitik
Teori ini menyatakan bahwa
perubahan psikologis diatur oleh kekuatan-kekuatan batin dan kekuatan-kekuatan
sosial.
8. Teori
Delapan Tahap Kehidupan Manusia
Teori ini mengungkapkan
tentang perkembangan sosio emosional manusia, namun pada dasarnya tetap
memenuhi kriteria yang sama yaitu : melukiskan perilaku secara kualitatif
berbeda, mengacu kepada persoalan umum, berlangsung dalam urutan yang tidak
berubah, dan secara kultural bersifat universal.
BAB II
KERAGAMAN INDIVIDU
A. Perbedaan
Individu
Perbedaan
individual seorang anak akan terjadi pada setiap aspek perkembangan anak. Aspek
perkembangan tersebut di antaranya aspek perkembangan fisik, intelektual,
moral, maupun aspek kemampuan.
B. Labeling
Cara untuk pendeskripsian
seseorang melalui kemampuan atau keterbatasanyang khas.
C. Hakekat
Perbedaan Individu
1. Perbedaan
Intelegensi (kecerdasan)
Intelegensi adalah kemampuan
mendapatkan dan menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan
beradaptasi dengan lingkungan.
2. Perbedaan
Gaya Pembelajar
Gaya pembelajar adalah cara
khas seseorang dalam melakukan proses belajar.
3. Perbedaan
Kepribadian dan Temperamen
Kepribadian adalah
pemikiran, emosi, dan perilaku tersendiri yang menggambarkan cara individu
beradaptasi dengan dunia. Sedangkan, temperamen adalah gaya perlakuan dan cara
khas seseorang dalam memberikan respon.
D. Dampak
Perbedaan Terhadap Pembelajaran
1. Dampak
perbedaan budaya
2. Dampak
perbedaan status sosio-ekonomi
3. Dampak
perbedaan suku dan ras
4. Dampak
perbedaan jender
5. Dampak
perbedaan bahasa dan program dwibahasa
6. Dampak
perbedaan lingkungan keluarga
E. Pendidikan
Multikultural
Pendidikan multikultural
adalah pendidikan yang meliputi seluruh kebijakan dan praktek untuk
meningkatkan hasil pendidikan bukan hanya dari siswa berlatarbelakang etnis,
kelas sosial, dan agama yang berbeda, melainkan juga bagi siswa dari jender
yang berbeda.
F. Menghadapi
Perbedaan Individu di dalam Kelas
BAB
III
INTELEGENSI
DAN MULTIPLE INTELEGENSI
A. Intelegensi
Intelegensi
adalah suatu keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan
belajar dari pengalaman hidup
sehari-hari.
Menurut
Piaget, perkembangan intelegensi ada 4 tahap, yaitu : tahap sensorik-motorik,
tahap berpikir praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap berpikir
operasional formal.
B. Teori-Teori
Intelegensi
1. Teori
Faktor
Teori ini mendeskripsikan
struktur intelegensi terdiri dari dua faktor utama, yaitu faktor general dan faktor
specific.
2. Teori
Struktur Intelegensi
Teori ini menyatakan bahwa
struktur kemampuan intelegensi terdiri atas 150 kemampuan dan memiliki 3
parameter, yaitu operasi, produk, dan konten.
3. Teori
Multiple Intelegensi
Teori ini menyatakan bahwa,
intelegensi manusia memiliki tujuh dimensi yang semiotonom yaitu linguistic,
music, matematik logis, visual special, kinestetik, sosial interpersonal, dan
intrapersonal.
4. Teori
Uni Faktor
Menurut teori ini,
intelegensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum.
5. Teori
Multifaktor
Menurut teori ini,
intelegensi adalah jumlah koneksi actual dan potensial di dalam sistem saraf.
6. Teori
Primary Mental Ability
Teori ini membagi
intelegensi menjadi 6 kemampuan primer, dan masing-masing dari kemampuan primer
tersebut adalah independen serta menjadi fungsi pikiran yang berbeda atau
berdiri sendiri-sendiri.
7. Teori
Sampling
Menurut teori ini,
intelegensi merupakan berbagai kemampuan sampel.
8. Entity
Theory
Menurut teori ini,
intelegensi adalah kesatuan yang tetap dan tidak berubah-ubah.
9. Incremental
Theory
Menurut teori ini, seseorang
dapat meningkatkan intelegensinya melalui belajar.
C. Faktor-Faktor
Mempengaruhi Intelegensi
Adapun
dfaktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain, yaitu :
1. Faktor
pembawaan
2. Faktor
minat dan pembawaan yang khas
3. Faktor
kematangan faktor kebebasan
D. Alat
Ukur Kecerdasan
1. Tes
Intelegensi Individual
a. Tes Stanford-Binet
b. Tes
Skala Wechsler
2. Tes
Intelegensi Kelompok
Tes intelegensi kelompok
mencakup : Tes Intelegensi Lorge-Thorndike, Tes Intelegensi Kuhlmann-Anderson,
dan Tes Otis-Lennon School Mental Abilities.
E. Multiple
Intelegensi
Multiple intelegensi adalah sebuah penilaian yang melihat
secara deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan
masalah dan menghasilkan sesuatu.
Gardner
membagi kecerdasan ke dalam 8 keceedasan, yaitu : Kecerdasan Linguistik,
Kecerdasan Logika-Matematika, Kecerdasan Fisik, Kecerdasan Visual-Spasial,
Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Musical, dan
Kecerdasan Naturalis.
BAB IV
SISWA DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS
A. Pengertian
Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting
dari fungsi kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif,
atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan atau kebutuhan dan potensinya
secara maksimal. Anak berkebutuhan khusus memerlukan penanganan dari tenaga
profesional.
B. Kategori
Ketidakmampuan Anak
Yang dikategorikan anak
berketidakmampuan, diantaranya : Tunanetra, Tunarungu, Tunawicara, Tunagrahita,
Tunadaksa, Tunalaras, Tunaganda, Kesulitan Belajar, Autisme, Gangguan Pemusatan
Perhatian-Hiperaktivitas, dan Anak Berbakat.
C. Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus
Pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus, yaitu : menggunakan alfabet timbul (huruf brayle), membaca
bibir, penggunaan bahasa isyarat, dan lain-lain. Tetapi sekolah bagi anak
berkebutuhan khusus biayanya mahal. Jadi bagi mereka yang berasal dari keluarga
kurang mampu, memilih membiarkan anaknya dalam lingkungan keluarga yang rata-rata
kurang memahami pula terhadap perkembangan anak.
D. Pendidikan
Inklusi
Pendidikan
inklusi adalah penggabungan pendidikan regular dan pendidikan khusus ke dalam
satu sistem persekolahan yang dipersatukan untuk mempertemukan perbedaan
kebutuhan semua siswa. Pendidikan inklusi memiliki 4 landasan kekuatan, yaitu :
Landasan Yuridis Internasional, Landasan Pedagogis, Landasan Empiris, dan
Landasan Spiritual.
Sementara
strategi pembelajaran yang baik digunakan untuk semua anak adalah strategi
pembelajaran berdasarkan pada keberagaman kemampuan belajar mereka yang
berbeda-beda. 5 aspek penting yang harus diperhatikan dalam pendidikan inklusi
adalah :
1. Guru
perlu mengetahui bagaimana cara mengajar anak dengan latar belakang dan
kemampuan yang berbeda-beda.
2. Semua
anak memiliki hak untuk belajar, tanpa memandang perbedaan fisik, intelektual,
sosial, emosi, bahasa atau kondisi lainnya.
3. Guru
menghargai semua anak.
4. Dalam
lingkungan pembelajaran yang inklusi, setiap orang berbagi visi yang sama
tentang bagaimana anak harus belajar, bekerja, dan bermain bersama.
5. Lingkungan
pembelajaran inklusi mengajarkan kecakapan hidup dan gaya hidup sehat.
Adapun
manfaat pembelajaran yang inklusi, yaitu :
1. Siswa
dapat menerima perbedaan dan beradaptasi terhadap perbedaan.
2. Guru
memiliki keterbukaan terhadap masukan dari orangtua dan anak untuk memperoleh
hasil yang positif.
3. Orangtua
dapat mengetahui bagaimana cara membimbing anaknya di rumah degan menerapkan
cara yang digunakan guru di sekolah.
4. Masyarakat
lebih merasa bangga ketika lebih banyak anak bersekolah dan mengikuti
pembelajaran.
BAB
V
TEORI
BELAJAR BEHAVIORISME
A. Sejarah
Perkembangan Psikologi Behaviorisme
Psikologi
behaviorisme dikembangkan J.B. Watson dengan makalahnya berjudul “Psychology as
Behaviorist View it” dipublikasikan tahun 1913. Pada tahun 1930 behaviorisme
berkembang sangat dominan di Amerika Serikat dan Watson berhasil mengawali
perubahan perkembangan psikologi pada abad 20. Landasan pemikiran behaviorisme
adalah pemikiran filsuf Inggris serta John Locke tentang kepasifan mental yang
bermakna bahwa isi pikiran bergantung pada lingkungan. Landasan pemikiran
behaviorisme diilhami pula dari pemikiran dan penelitian Ivan Petrovich Pavlov
pada tahun 1849-1936. Hasil penelitian Pavlov terhadap anjing, dikembangkan
oleh Watson, sehingga menjadi aliran psikologi behaviorisme.
B. Belajar
Menurut Tokoh Behaviorisme
Behaviorisme
adalah aliran psikologi yang menekankan pada tingkah laku dan perilaku manusia
sebagai makhluk reaktif yang memberikan respon terhadap lingkungan sekitar. Belajar
merupakan perubahan dalam diri seseorang disebabkan oleh pengalaman.
C. Tokoh-Tokoh
Behaviorisme
1. Thorndike
(Kaidah Efek)
Belajar adalah hubungan yang
aktif antara stimulus dan respon. Hubungan antara stimulus dan respon akan erat
jika diadakan latihan berkali-kali, maka hubungan antara stimulus dan respon
akan terbentuk dengan sendirinya.
2. Watson
(Conditioning)
Belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang
observable. Individu dapat dikendalikan melalui penggantian stimulus alami
dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diberikan.
3. Clark
Hull
Belajar adalah hubungan
antara stimulus dan respon. Stimulus dikaitkan dengan kebutuhan dan pemuasan
kebutuhan biologis walaupun respon yang muncul berwujud macam-macam.
4. Skinner
(Operant Conditioning)
Belajar adalah tingkah laku
yang bukan sekedar respon terhadap stimulus tetapi merupakan suatu tindakan
yang dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya.
5. Ivan
Pavlov (Conditioning)
Belajar adalah pengkondisian
klasik antara stimulus dan respon. Rangsangan yang di kondisikan tanpa perlu
latihan atau pengalaman.
6. E.R
Guthrie (Law of Association)
Belajar adalah interaksi
antara stimulus dan respon. Dalam belajar diperlukan reward dan hukuman.
D. Struktur
Manusia Menurut Teori Belajar Behaviorisme
Manusia
terdiri dari struktur eksternal dan struktur internal. Struktur eksternal
terdiri dari panca indera atau hal-hal yang dapat dilihat oleh mata, sedangkan
struktur internal terdiri dari ruh, kalbu, akal, dan nafsu.
E. Implikasi
Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran
Berdasarkan
pada teori belajar behaviorisme dan empirisme maka implikasi proses
pembelajaran yakni hanya dikuasai oleh guru, sedangkan siswa hanya sebagai
obyek pembelajaran dan meredam potensi kecerdasan alami siswa yang telah dibawa
sejak dialam ruh, rahim, dan dunia.
F. Aplikasi
Teori Behaviorisme Terhadap Proses Pembelajaran
Dalam
menerapkan teori behaviorisme pada proses pembelajaran ada 10 langkah, yaitu :
1. Mengidentifikasi
tujuan pembelajaran.
2. Melakukan
analisis pembelajaran.
3. Mengidentifikasi
karakteristik dan kemampuan awal pembelajar.
4. Menentukan
indikator-indikator keberhasilan belajar.
5. Mengembangkan bahan ajar.
6. Mengembangan
strategi pembelajaran.
7. Mengobservasi
stimulus yang akan diberikan.
8. Mengamati
dan menganalisa respon pembelajar.
9. Memberikan
penguatan baik positif maupun negatif.
10. Merevisi
kegiatan pembelajaran.
Tugas : Pembelajaran PKn di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono, M.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar